Tampilkan postingan dengan label sepak bola. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sepak bola. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Februari 2009

Piala Dunia sebagai Sarana Membangun Bangsa



Brasil bisa ,Meksiko bisa ,kita pasti juga bisa karena kondisi mereka tidak berbeda jauh dengan kita.Itulah kiranya semangat dan dukungan yang diberikan Menegpora Adhyaksa Dault untuk mendukung dan memotivasi PSSI dalam rencananya untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu.

Bang Nurdin Halid selaku ketua PSSI yang penuh kontroversi memang luar biasa.Untuk mencapai tujuan ini tak cukup hanya bermodal lidah dan mulut saja,tentu harus dibarengi dukungan dari berbagai pihak baik itu pemerintah ,swasta,maupun masyarakat.

Banyak yang optimis ,tak sedikit pula yang pesimis bercampur geram terhadap rencana luar biasa ini.Untuk lebih jelasnya mari kita bahas lebih lanjut..

Menjadi tuan rumah Piala Dunia memang impian bagi negara – negara di dunia,bahkan mungkin semua negara juga ingin menjadi mengalaminya.Ada beberapa keuntungan yang di dapat sebuah negara yang menjadi penyelenggara Piala Dunia seperti meningkatnya popularitas negara yang menjadi penyelenggara ,tim nasional negara tersebut juga lolos secara otomatis ke putaran final,dan yang lebih menggiurkan lagi adalah keuntungan financial yang didapatkan negara tuan rumah .Dalam tiga penyelenggaraan Piala Dunia terakhir ,tuan rumah selalu mendapatkan keuntungan yang besar.

Inilah yang kita sebut salah satu sarana membangun bangsa ini.Sebuah negara yang mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia tentu harus memenuhi standar yang telah ditentukan FIFA,terutama sarana dan prasarana yang memadai.Dibutuhkan transportasi yang bertaraf internasional,beberapa stadion dengan syarat khusus ,keamanan super ketat,hotel kelas wahid,manajemen atau tata kelola penyelenggaraan acara dari awal hingga akhir yang baik,sampai pada kenyamanan orang – orang yang terkait dengan acara baik itu supporter,wartawan ,pemain ,dan masih banyak lagi.

Indonesia memang belum sepenuhnya memenuhi semua syarat di atas ,tapi justru inilah yang akan menjadikan bangsa ini lebih maju.Mau tidak mau PSSI harus memenuhi persyaratan di atas ,dan untuk mewujudkannya diperlukan pembangunan di berbagai lini,dan untuk melaksanakan pembangunan diperlukan SDM yang memadai .Di sinilah kita dapat membiasakan anak bangsa ini lebih produktif dan berperan membangun bangsanya.Lalu timbul pertanyaan,bagaimana jika kita gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia?Jawabannya adalah tidak masalah,karena seluruh hasil kerja keras kita selama persiapan dapat menjadi batu loncatan ke jenjang selanjutnya sembari mempersiapkan timnas agar lebih baik di masa yang akan datang.

Tapi apakah pantas kita melakukan semua itu selagi kompetisi sepak bola nasional yang diklaim terbaik se Asia Tenggara ini lebih sering terlihat seperti sepak bola tarkam dengan kebrutalan yang merajalela,dengan wasit yang bertampang seram dan seakan bisu tak mau menjelaskan argument terhadap pemain,ditambah pemain yang gemar main hakim sendiri,dan supporter yang saking gembiranya sampai masuk lapangan.

Pembenahan mental para pelaku sepak bola nasional yang (belum) profesional ,tak bisa dilepaskan jika kita ingin maju ke pentas dunia.

Wasit ISL Abaikan Komunikasi


Saya sangat terkejut dengan pernyataan seorang wasit pada siaran langsung sebuah pertandingan Indonesia Super League beberapa waktu yang lalu.Sebelum pertandingan, tapatnya setelah koin tos,terlontar pernyataan mengejutkan dari wasit yang namanya tidak perlu saya sebutkan.”Kita main fair play,tidak ada protes yang dilakukan ,keputusan wasit mutlak.Saya tidak akan banyak bicara,saya punya kartu kuning dan merah,mengerti?”,jelas beliau pada kedua kapten tim.

Wasit terkesan tidak mau ambil pusing dengan keputusannya.Cara seperti ini tidak akan dapat menegakkan kedisiplinan dalam sebuah pertandingan ,justru akan timbul rasa tidak respek terhadap wasit oleh para pemain yang merasa argumennya tidak diperhatikan.Menurut pandangan saya ,hal seperti ini yang menjadi salah satu faktor kuat penyebab terjadinya penyerangan terhadap wasit serta kekerasan dalam pertandingan di ISL.

Hal yang berbeda dapat kita lihat di liga-liga besar Eropa,wasit selalu mengedepankan komunikasi dengan para pemain.Wasit selalu siap menjelaskan setiap keputusan yang diambilnya sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara pemain dan wasit,wasit tak segan menanggapi argumen pemain,sampai mendamaikan pemain yang berselisih.

Sekarang saatnya wasit ISL mengutamakan komunikasi dalam memimpin setiap pertandingan .Tidak hanya bermodal kata fair play,kartu merah ,kartu kuning ,serta tampang seram.Persoalan dilapangan pertandingan tidak bisa diselesaikan dengan mulut tertutup,melainkan dengan penjelasan yang rasional serta keterbukaan.

Mental serta kemampuan berbahasa asing juga mutlak diperlukan dalam memimpin pertandingan sekelas ISL.Sering sekali wasit-wasit kita jatuh mental ketika mendapat tekanan dari suporter atau kebingungan ketika menaggapi argumen pemain asing.

Masih ada nama-nama seperti Jimmy Napitupulu dan Purwanto yang dapat dijadikan panutan bagi wasit-wasit di Indonesia.Kedua nama ini paling tidak telah menerapkan komunikasi yang baik dalam memimpin pertandingan.

Dengan semua modal yang dimiliki,saya yakin PSSI mampu mencetak wasit-wasit berkualitas.

Hidup sepak bola Indonesia !

Senin, 19 Januari 2009

United ke Indonesia


Rasa kurang percaya masih hinggap di benak kita ,khususnya para penggemar Manchester United di Indonesia karena klub tersebut akan singgah di negara kita tercinta pada pertengahan tahun nanti dalam rangka tur pra musim Asia .

Luar biasa ,setelah sekian lama akhirnya kita dikunjunginya juga ,kedatangan MU di Indonesia menunjukkan bahwa negara ini layak menggelar partai yang melibatkan klub besar dunia.Kita tak kalah dengan Malaysia,Singapura ,dan Thailand yang memang beberapa tahun belakangan ini sering mendatangkan klub –klub besar eropa.

MU rencananya akan menghadapi Indonesia Super League Select pada bulan Juli tahun ini.

Untuk para penggemar United ,selamat menyaksikan bintang – bintang pujaan berlaga di Gelora Bung Karno.

Maju terus sepak bola Indonesia.

Jumat, 28 November 2008

Keledaipun Takkan Jatuh di Lubang yang Sama

Apa yang terjadi dengan Indonesia?Dua kali tumbang di tangan Myanmar yang dalam peringkat FIFA masih berada di bawah kita.Lebih memalukan lagi bahwa dua kekalahan Indonesia diterima dalam waktu kurang dari satu minggu .
Grand Royal Chalenge memang dijadikan ajang uji coba bagi timnas Indonesia untuk menghadapi Piala AFF yang akan digelar sesaat lagi.Tapi apakah pantas mereka memakai seragam berlambang garuda di dada jika tak ada semangat merah putih dalam hati mereka?Itulah yang terlihat di laga final yang baru berakhir sore tadi (21/11).Sempat menyengat di babak pertama lalu merosot jauh di babak ke dua.
Semangat luar biasa yang sempat terlihat di Piala Asia beberapa waktu lalu seakan tak lagi tersisa.Bukan persoalan teknik permainan yang menjadi masalah timnas saat ini , tapi semangat juang dan mental yang tak terlihat .Berbanding terbalik dengan Myanmar yang sangat disiplin dan bersemangat ketika bertanding ,walaupun secara kualitas mereka tak lebih baik dari kita .Publik tanah air harus menelan pil pahit untuk kesekian kalinya diiringi harapan yang membuncah terhadap timnas.
Harusnya kita dapat belajar dri kekalahan di pertemuan pertama yang berkedudukan akhir 2-1 untuk kemenangan Myanmar. Pada saat itu Bendol sapaan akrab Benny Dollo masih bisa mengelak dengan menyatakan kekalahan Indonesia akibat dikartu merahkannya bek tengah M.Robby .Pada saat itu Bendol juga merotasi beberapa pemain intinya.Kini setelah kalah untuk kedua kalinya dengan skor yang sama dan oleh tim yang sama ,apa lagi alasan Bendol?Tim yang diturunkan pun pemain inti.
Sudah cukuplah kita mencari kambing hitam, yang terpenting sekarang adalah kerjasama semua elemen tim untuk membenahi mental ,fisik dan teknik timnas .Piala AFF semakin dekat ,lawan yang akan dihadapi pastinya lebih tangguh daripada Myanmar.Kita tunggu apakah racikan Bendol dapat membawa Indonesia ke jajaran penguasa Asia Tenggara.Rakyat Indonesia selalu mendukung Timnas dimanapun ,kapanpun ,dan bagaimanapun kondisinya.

Jumat, 21 November 2008

TIMNAS KALAH LAGI !!!!!!!!!!!!!!!!!

Tiga kata, BENY DOLLO AS* !!!!!!!!!!!!!!!!

Jumat, 31 Oktober 2008

Tak Bisa komunikasi , Wasit Tak dihormati

Merupakan hal yang biasa ketika melihat seorang wasit diprotes ,dikejar ,bahkan sampai dipukuli pemain maupun ofisial klub.Itulah yang terjadi belakangan ini di Liga Super Indonesia ,kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia .
Masih lekat di ingatan kita beberapa minggu yang lalu seorang manajer dari sebuah klub peserta Liga Super Indonesia pada jeda pertandingan mendekati wasit lalu dengan sekuat tenaga melayangkan sebuah bogem yang sayangnya meleset dari sasaran.Lalu disusul kasus seorang wasit yang memukul jatuh ofisial dari salah satu klub peserta Liga Super Indonesia sampai mendapatkan perawatan medis.Pada kasus kedua ini, wasit yang melakukan pemukulan karena ia membela diri dari serangan dua orang ofisial klub.
Menurut saya ada beberapa faktor mengapa pertandingan di negeri kita ini sering diwarnai aksi anarkis oleh supporter ,pemain , sampai ofisial klub.
Pertama karena mental pemain (local dan asing) ,supporter ,ofisial klub di Indonesia yang tidak bisa menerima kekalahan .
Kedua karena kurangnya komunikasi wasit dan pemain ketika terjadi pelanggaran, kita sering melihat seorang wasit meniup peluit ketika terjadi pelanggaran ,memberikan kartu kuning atau merah terhadap pemain yang melakukan kesalahan lalu diam ,menghindari dan tak menanggapi protes pemain ,terutama bila yang melakukan protes adalah pemain asing, bahkan marah terhadap pemain tanpa menjelaskan terlebih dahulu mengapa mengapa ia mengambil keputusan itu.Tentu pemain manapun akan jengkel karena wasit tidak memberi penjelasan atas keputusannya.Akan berbanding terbalik jika kita melihat wasit – wasit di liga – liga Eropa terutama wasit liga Inggris , mereka selalu memanggil pemain yang melakukan kesalahan jika terjadi pelanggaran untuk diberi arahan atau penjelasan sehingga terjadi saling pengertian dan respek antara pemain dan wasit , bahkan jika terjadi perselisihan antar pemain, wasitlah yang mendamaikan mereka.
Ketiga mungkin karena sebagian besar wasit di Indonesia tidak menguasai bahasa Inggris sehingga sulit untuk dapat berkomunikasi dengan pemain asing.
Keempat adalah mental wasit yang sering drop jika mendapat intimidasi dari kelompok supporter ,hal inilah yang menyebabkan keputusan wasit seringkali tidak konsisten.
PSSI harusnya dapat menjadikan wasit – wasit di Eropa sebagai contoh atau referensi bagi wasit – wasit kita,setidaknya PSSI secara rutin mengadakan seminar ,pelatihan ,atau forum bagi seluruh wasit di Liga Super Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dengan cara melihat bagaimana wasit – wasit Eropa memimpin sebuah pertandingan.
Pelatihan bahasa Inggris bagi para wasit juga penting sebagai bekal agar mereka lancar berkomunikasi dengan para pemain terutama pemain asing.
Selain itu semua masih ada nama – nama seperti Jimmy Napitupulu dan Purwanto yang patut dijadikan contoh bagi wasit lain karena kemampuannya yang sangat baik dalam memimpin sebuah pertandingan .Mereka tak hanya bermodal peluit , selembar kartu kuning , dan selembar kartu merah saja ,mereka juga dapat berkomunikasi dengan baik terhadap pemain akan keputusan – keputusan yang diambilnya .
Hidup sepak bola Indonesia !

Aksi Brutal Sang Pangeran


Ironis ,sebuah aksi brutal terulang kembali di Liga Super Indonesia,sesuatu yang kini mulai menjadi kebiasaan bagi para insan yang berkecimpung di kancah persepakbolaan nasional.

Mengejutkan ,kali ini pelakunya adalah langganan peraih gelar top skor di liga Indonesia,pemain yang menjadi ikon bagi masyarakat Kediri,Cristian Gonzales.Sosok yang selama ini menjadi panutan baik di dalam maupun luar lapangan ,bahkan tidak sedikit orang yang berkoar – koar agar ia dapat dinaturalisasi menjadi warga negara Indonesia.

Kejadiannya bermula ketika pemain belakang PSMS melakukan pressing ketat terhadap Gonzales.Untuk meredam kemampuannya yang di atas rata – rata ,salah satu pemain PSMS merebut bola dari kaki Gonzalez dengan kasar.Beberapa saat kemudian ketika pemain belakang PSMS tadi membawa bola ,Gonzalez membalasnya dengan tackling brutal yang menyebabkan pemain PSMS terkapar untuk beberapa saat sehingga memancing sedikit keributan antar pemain yang untungnya masih dapat diredam sang pengadil lapangan.Kartu kuningpun dihadiahkan untuk Gonzalez.

Sebenarnya Gonzalez tidak perlu melakukan aksi brutalnya karena pertandingan tinggal menyisakan beberapa menit lagi,ditambah lagi ia telah mencetak dua gol pada pertandingan itu.Hal yang paling memalukan terjadi ketika pertandingan telah berakhir Gonzalez memukul salah seorang pemain PSMS hingga tak sadarkan diri.Sebuah kebodohan yang harusnya tak dilakukan oleh pemain sekelas Gonzalez ,salah satu pemain dengan skil terbaik yang merumput di liga Indonesia.Satu lagi bukti yang menunjukkan bahwa mental ataupun sikap pemain asing tak lebih baik daripada pemain lokal.Tak berhenti di situ saja ,sekitar dua hari yang lalu pemain yang menjadi korban kesadisan Gonzales melaporkannya ke pihak berwajib .

Terlepas dari nama besar seorang Gonzalez ,komisi disiplin PSSI semestinya dapat bertindak tegas atas tindakan tidak terpuji Gonzalez yang semakin mencoreng – morengkan wajah kompetisi sepak bola nasional kita.Sepak bola hendaknya menjadi wadah dimana semua perbedaan disatukan ,tempat dimana semangat sportivitas dijunjung tinggi ,bukan tempat untuk bertindak anarkis .Tak ada tempat bagi perusuh di persepakbolaan kita walaupun sehebat apapun dia .