Merupakan hal yang biasa ketika melihat seorang wasit diprotes ,dikejar ,bahkan sampai dipukuli pemain maupun ofisial klub.Itulah yang terjadi belakangan ini di Liga Super Indonesia ,kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia .
Masih lekat di ingatan kita beberapa minggu yang lalu seorang manajer dari sebuah klub peserta Liga Super Indonesia pada jeda pertandingan mendekati wasit lalu dengan sekuat tenaga melayangkan sebuah bogem yang sayangnya meleset dari sasaran.Lalu disusul kasus seorang wasit yang memukul jatuh ofisial dari salah satu klub peserta Liga Super Indonesia sampai mendapatkan perawatan medis.Pada kasus kedua ini, wasit yang melakukan pemukulan karena ia membela diri dari serangan dua orang ofisial klub.
Menurut saya ada beberapa faktor mengapa pertandingan di negeri kita ini sering diwarnai aksi anarkis oleh supporter ,pemain , sampai ofisial klub.
Pertama karena mental pemain (local dan asing) ,supporter ,ofisial klub di Indonesia yang tidak bisa menerima kekalahan .
Kedua karena kurangnya komunikasi wasit dan pemain ketika terjadi pelanggaran, kita sering melihat seorang wasit meniup peluit ketika terjadi pelanggaran ,memberikan kartu kuning atau merah terhadap pemain yang melakukan kesalahan lalu diam ,menghindari dan tak menanggapi protes pemain ,terutama bila yang melakukan protes adalah pemain asing, bahkan marah terhadap pemain tanpa menjelaskan terlebih dahulu mengapa mengapa ia mengambil keputusan itu.Tentu pemain manapun akan jengkel karena wasit tidak memberi penjelasan atas keputusannya.Akan berbanding terbalik jika kita melihat wasit – wasit di liga – liga Eropa terutama wasit liga Inggris , mereka selalu memanggil pemain yang melakukan kesalahan jika terjadi pelanggaran untuk diberi arahan atau penjelasan sehingga terjadi saling pengertian dan respek antara pemain dan wasit , bahkan jika terjadi perselisihan antar pemain, wasitlah yang mendamaikan mereka.
Ketiga mungkin karena sebagian besar wasit di Indonesia tidak menguasai bahasa Inggris sehingga sulit untuk dapat berkomunikasi dengan pemain asing.
Keempat adalah mental wasit yang sering drop jika mendapat intimidasi dari kelompok supporter ,hal inilah yang menyebabkan keputusan wasit seringkali tidak konsisten.
PSSI harusnya dapat menjadikan wasit – wasit di Eropa sebagai contoh atau referensi bagi wasit – wasit kita,setidaknya PSSI secara rutin mengadakan seminar ,pelatihan ,atau forum bagi seluruh wasit di Liga Super Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dengan cara melihat bagaimana wasit – wasit Eropa memimpin sebuah pertandingan.
Pelatihan bahasa Inggris bagi para wasit juga penting sebagai bekal agar mereka lancar berkomunikasi dengan para pemain terutama pemain asing.
Selain itu semua masih ada nama – nama seperti Jimmy Napitupulu dan Purwanto yang patut dijadikan contoh bagi wasit lain karena kemampuannya yang sangat baik dalam memimpin sebuah pertandingan .Mereka tak hanya bermodal peluit , selembar kartu kuning , dan selembar kartu merah saja ,mereka juga dapat berkomunikasi dengan baik terhadap pemain akan keputusan – keputusan yang diambilnya .
Hidup sepak bola Indonesia !
Jumat, 31 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar